KARUNAKEPRI.COM, Batam – Gubernur Kepri Ansar Ahmad, dan Walikota Batam Muhammad Rudi terlihat cukup harmonisasi saat bersama-sama pada malam pembukaan Musabaqah Tilawatil Qur’an dan Hadits (MTQH) X tingkat Provinsi Kepri, Senin 20 Mei 2024.
Meski sama-sama akan maju pada bursa calon gubernur pada Pilkada 2024 ini.
Kedua pejabat daerah ini tak nampak canggung saling menyapa, bahkan dengan penuh semangat Rudi menyerahkan piala bergilir kepada Ansar dengan Senyum Sumringah.
Sejauh ini banyak orang beranggapan Ansar dan Rudi kurang harmonis lantaran istrinya Marlin Agustina sebagai Wakil Gubernur Kepri selalu bersebrangan dan pindah kongsi dengan Ansar.
Bahkan semakin menguatkan lagi, Marlin juga jarang ngantor ke Gedung Gubernur di Dompak.
Begitu pula momen kebersamaan saat acara-acara insatansi atau masyarakat jarang terlihat berdua.
Namun pada malam pembukaan MTQH langsung menepis hal tersebut, baik Ansar, Rudi, Marlin dan istri Ansar Dewi Kumasari nampak akrab duduk berdampingan.
Sesekali mereka terlihat ngobrol sambil tersenyum.
Dan membuat masyarakat yang hadir heboh dan bersorak, saat Rudi menyerahkan piala bergilir bersalaman dengan Ansar.
Meski demikian, sebagian masyarakat menilai hal tersebut hanya lips service saja keterpaksaan karena tugas kepala daerah dan jadi tuan rumah MTQH.
Sesungguhnya kedua pejabat ini selalu bersaing dalam segala hal.
Bahkan mereka kerap menyalahkan satu sama lain dan saling sidir demi mencari simpati publik.
“Ah itu lips service saja, kenyataanya mereka saling sindir menyalahkan dan bersaing cari simpati msyarakat,” ujar Rizal warga Batam yang hadir saat pembukaan MTQH tesebut.
Meski Rizal mengakui bahwa saling sindir itu sebagai bentuk strategi dari politik.
Karena katanya, hal tersebut dijadikan modal mereka untuk mendapat simpati masyarakat.
“Harusnya narasi saling sindir harus konstruktif untuk kepentingan bangsa. Bukan saling sindir untuk menjatuhkan lawan politik,” jelasnya.
Seraya ia menyebutkan, seharusnya membangun wacana atau narasi politik yang berlandaskan pada ide dan gagasan.
Sehingga, narasi yang dikembangkan adalah narasi kebaikan dan kebenaran, bukan sindiran menjatuhkan lawan politik lain.***